Di Tegal, Jika Anda melewati daerah Dukuhsalam (dekat terminal baru Slawi), maka biasanya banyak mangkal truk-truk pengangkut pasir yang sedang ngetem. Dimasa pemilu maupun pilkada truk-truk tersebut laris dipake sebagai transportasi pengangkut massa yang murah dan meriah. Tak kalah heboh dengan pemilik truk-truk itu, anak-anak memanfaatkan moment mangkalnya truk-truk untuk sedikit berkreasi dengan cara menjiplak atau membuat replika dari truk yang sedang diparkir.
Hasilnya ketika salah satu membuat truk dengan kualitas yang bagus, maka yang lainnya akan berupaya untuk membuat yang lebih bagus lagi. Secara tak sadar mereka tengah membangun iklim kompetisi yang sehat. Tak hanya itu saja, anak-anak tersebut saling memberi support dalam hal barter peralatan pendukung semisal, kayu, ban bekas, paku atau peralatan. Hal ini diperkuat oleh dukungan orang tua, terutama ayah maupun pemuda desa setempat.
Menurut saya, daripada menyewa truk untuk mengerahkan massa kampanye yang berpotensi mengundang konflik, lebih baik gunakan saja truk-truk replika ini untuk menarik simpati masyarakat. Bisa dengan konvoi, atau lomba menggambar bak truk dengan logo partai. Bisa juga untuk lomba 17-an maupun karnaval pembangunan. Kalo ada konvoi beginian, dijamin bakal banyak orang yang melihat, nggak kebut-kebutan, plus nggak bikin polusi.

Tulisan Saya ini pernah dimuat di waroengtegal.org 03 Februari 2009. (scrapped with wayback machine)